Sabtu, 03 Maret 2012

Cerpen



SAHABATKU PELANGIKU
By: Embem.a Gendut


Evan? sebuah pesan singakat yang aku kirim setelah mencatat nomer yang kudapat dari facebook.
Ya, siapa? balasnya.
Alya
Oh, kamu Al. Masih ingat rupanya.

Sesaat terlintas difikiranku, Evan sahabat yang aku kenal tanpa kesengajaan, yang mengajarkan padaku banyak hal. Sahabat yang dulu pernah aku kagumi karena kesetiaan dan cintanya pada Wulan, kekasihnya. Hingga sempat terlintas difikiranku 2 tahun lalu ketika aku baru mengenalnya, ‘jarang banget cowok sepertinya yang sangat setia, alangkah beruntungnya kekasih Evan. Andaikan..’
Evan juga sahabat yang mengajariku akan arti kesetiaan dalam menjalin sebuah cinta. Dan sahabat yang selama satu tahun aku tinggalkan demi seorang cowok yang aku cintai, Aben.

Renggangnyaa persahabatku dengan Evan berawal dari perkenalanku dengan Aben, seorang cowok yang aku kenal dari temanku Rico. Perkenalan yang terbilang singkat, dan aku mulai merasakan getaran cinta itu. Aben adalah teman sekelas Evan.
Aben hadir mengisi hari-hariku membuatku terlelap akan rasa bahagia. Dua minggu setelah aku mengenal Aben diapun mengungkapkan perasaannya kepadaku. Aku yang bingung tidak langsung menerimanya dan meminta pendapat Evan sahabatku. Evan pun menyarankan agar aku menerimanya, toh Aben anak yang baik. Akupun setuju dan hari itu juga aku menerima cinta Aben.

Hari-hari awal aku berpacaran dengan Aben, dia sangat menyayangiku hingga akupun serasa terbang karena cintanya. Namun rasa sayangnya padaku yang sangat berlebih membuatnya menjadi pencemburu dan sikapnya over protektif terhadapku. Hingga suatu saat dia menyuruhku untuk menjauhi Evan.

“Sahabat, lama-kelamaan akan tumbuh cinta diantara kalian!!” bentak Aben padaku.
“Enggak, aku udah sahabatan sama Evan sejak lama. Dia udah punya cewek, sedangakan aku punya kamu. Jangan berfikiran yang aneh-aneh Ben.” Bantahku.
“Alasan. Ya udah sekarang terserah kamu, kamu pilih aku atau Evan.”
Pertayaan Aben padaku membuat aku seperti sebuah kapal yang tersesat di lautan, tak tau harus berlayar kemana. Namun..rasa cintaku yang begitu besar pada Aben membuat aku memilih untuk menjauhi Evan sedikit demi sedikit, dan akhirnya aku tidak pernah menghubunginya sama sekali.

Waktupun berlalu dan hari-hari aku lalui bersama Aben yang semakin membuatku seperti narapidana cintanya. Segala bentuk larangan ini itu diterapkannya padaku, namun bodohnya aku tetap merasa bahagia. Fikirku, aku sudah tidak butuh orang lain yang menyayangiku, karena Aben adalah cowok yang sangat menyayangiku dan gak akan mungkin ninggalin aku.  

Namun… aku tak pernah menyadari ternyata semua kebahagiaan itu palsu. Aben orang yang kucintai dengan tulus ternyata datang hanya untuk menyakiti dan menorehkan luka. Luka yang teramat dalam di hatiku. Seperti biasa, kehadiran orang ketiga yang telah menghancurkan semuanya. Hidupku yang begitu indah, yang begitu berwarna menjadi hancur akan hadirnya!!

Satu tahun hubungan cintaku bersama Aben mulai goyah, Aben mulai berubah dan bukan lagi Aben yang selalu tersenyum untukku. Aben tidak juga bersifat manis padaku, setiap tutur katanya yang menyejukkan hatiku kini terasa mengiris-iris hatiku. Apa yang telah kulakukan padanya hingga dia begitu tega padaku, aku begitu percaya padanya hingga aku pun terluka olehnya.

Awalnya aku masih mempertahankan hubunganku dengan Aben, karena aku sangat mencintainya. Aku gak pengen dengan mudahnya ngelepasin Aben. Namun, sesuatu telah mengejutkanku. Setelah aku mengetahui bahwa Aben telah menjalin suatu hubungan bukan hanya denganku, Aben selingkuh!!
Allah... Suatu hal yang sangat aku takutkan terjadi, aku sama sekali tidak menduga akan menjadi seperti ini. Aku lelah diperdaya olehnya, selalu membohongiku, hingga akhirnya aku memilih untuk mundur, mengalah dan mencoba mengikhlaskan Aben bahagia bersama pilihannya yang lain.
***

Maafin aku Van, aku udah jahat ke kamu selama ini.. setelah termenung beberapa saat aku membalas pesan Evan.
Gak Al, kamu gak salah kok. Aku ngerti.
Tapi Van, aku malu sama kamu, aku sahabat yang bodoh udah tinggalain sahabatnya demi seseorang yang….
Aku tak sanggup melanjutkan kata-kataku yang akan mengorek luka. Luka yang terasa sangat dalam dan menyakitkan. Luka yang sempat membuatku stress selama beberapa hari terakhir ini.

Ada apa Al? Kenapa denganmu? balas Evan cemas.

Enggak Van, aku gak papa kok. Aku berusaha menutupinya dari Evan, aku masih merasa gak enak dengan Evan setelah 1 tahun ninggalin dia.

Ya udah kalo kamu gag bisa cerita sekarang. Gimana hubunganmu sama Aben Al? apa dia gak marah kalo tau kamu hubungin aku lagi?

Aben?gak kok Van, sekarang dia udah gag berhak buat nglarang aku hubungin kamu and temen2 ku lagi.

Loh, kok bisa Al?

Iya Van, dia bukan siapa2 lagi buatku.

Setelah pesan terkirim, ponselku pun berdering.

Evan Calling

“Assalamualaikum” sapaku.
“ Waalaikumsalam, Al ada apa denganmu?” tanya Evan cemas.
“ Gak ada apa-apa kok van, kenapa?” aku balik tanya berusaha menutupi semua kesedihanku.
“ Udahlah Al kamu gak bakal bisa bohongin aku.. kenapa?” desak Evan yang ternyata jauh lebih mengerti aku daripada Aben.
Dengan isak tangis yang menjadi akupun menumpahkan semua beban yang selama beberapa hari ini aku simpan sendiri. Bagaimana Aben mengkhianatiku setelah selama 1 tahun bersama. Aben berpacaran dengan adik kelas mereka!!
Bagiku yang mengetahui hal itu bagaikan dipukul dengan batangan besi. Aku tak berdaya, stress, depresi, putus asa serasa menjadi satu dalam hati ini.

“Dia jahat Van, dia jahat…tapi aku sayang sama dia Van..aku gak mau kehilanga dia..!!” keluhku dalam isak.
“Al, inget kata-kataku ini ya. Semakin tinggi keikhlasan seseorang, maka semakin besar pula balasan yang Allah berikan padanya. Jadi udah ya Al jangan sedih lagi, kamu harus bisa ikhlasin dia untuk orang lain.” Kata Evan mencoba menenangkanku.
“Enggak semudah itu Van..susah...aku gak bisa..”
“Kamu bisa Al, pasti bisa. Belum perang kok udah nyerah, gimana sih kamu nih?” canda Evan berusaha membuatku tidak menangis lagi.
“Tapi Van….”
“Aku bantu.” sahut Evan pasti.
“Emm…iya deh, aku pasti bisa kok Van, bantuin aku perang ya Evan genduuut.” Kataku yang mulai bisa sedikit tertawa.
“Eh, apa kamu bilang?gendut??yang bener aja kamu Al..anak atletis gini kok dikatai gendut…yang ada kamu tuh yang genduuut, tuh liat hidungnya aja ampek gak keliatan gitu ditutupin ma pipinya. Hahaha…” balas Evan yang mulai memancingku untuk tidak menangis lagi.
“Hah, atletis dari mananya ndut..?? diliat dari sedotan buntu ya.?? Hahahaha…”
“Eh, bentar deh. Perasaan tadi kamu nangis deh Al, kok sekarang malah ketawa gitu sih?” goda Evan.
“Biarin, daripada aku nangis?” jawabku jutek.
“ Iya-iya..udah jangan nangis lagi, udah malam nih, tidur yuk. Ngantuk. Besok skul.”
“Ya udah met bobok ya gendut..mimpi indah..makasih ya, and..ma’af.” kataku yang masih merasa bersalah pada sahabatku itu.

***

Pagi harinya aku beragkat ke sekolah dengan perasaaan yang masih sedikit terobati setelah menceritkannya pada Evan, sahabatku yang lama hilang dan sekarang telah kembali lagi disampingku. Sahabat yang tetap gokil dan aneh bagiku. Meskipun sebenarnya pperasaanku masih agak kacau karena trauma tentang Aben, di depan teman-temanku aku berusaha untuk tertawa. Aku gak mau semua orang menganggapku lemah. Terutama Aben dan pacarnya, aku ingin menunjukkan senyuman tebaikku jika aku bertemu mereka, aku ingin mereka tau kalau aku, Alya masih bisa berdiri tegak tanpa seorang Aben.
Brakk!! tak sengaja aku menabrak seseorang ketika berlari hendak masuk kelas.
“Eh, ma’af gag sengaja.” Kataku sambil melihat siapa yang telah aku tabrak. Betapa terkejutnya aku setelah mengetahui anak yang bertabrakan denganku adalah Nada, pacar Aben. Dia hanya terdiam dan segera berlalu pergi.

Setelah melihat Nada, hatiku menjadi tak karuan. Luka yang sudah lumayan sembuh sekarang muncul lagi. Tanpa terasa air mataku keluar.
“Ya Allah…kenapa aku menangis, aku harus ikhlas, aku gag boleh menangis..tapi..sakit sekali rasanya. Aku belum bisa lupain Aben.” batinku.
Aku segera menghubungi Evan  berharap Evan bisa menenangkan perasaanku.
Gendut.. sebuah sms aku kirim.
Ya Ndut ada apa?
Aku kambuh lagi, gag sengaja  aku tadi ketemu Nada di parkiran aduku pada Evan.
Ndut..udah..Ndut jangan kambuh lagi ya..Ndut ikhlasin..inget kata-kataku kemaren..
Iya Ndut..aku berusaha..
Siiip!!
***

Selama beberapa hari dengan Evan, perasaanku mulai pulih kembali karena Evan bisa membuatku tidak mengingat Aben lagi. Evan yang selalu humoris dan bayak cara menghiburku saat aku merasa mulai kambuh mengingat Aben. Pada suatu malam setelah asyik membaca sebuah novel handphoneku bergetar, sebuah pesan dari Evan.
Ndut, sibuk gag?aku pengen curhat.
Enggak Ndut, curhat apa?
Aku telfon ya, pintanya.
Ukkey.. balasku mantap sambil menutup novel yang aku baca, dan menunggu telfon dari sahabatku itu.

Evan calling.
“Halo Assalamu’alaikum..” kataku dan Evan berbarengan.
“Wa’alaikumsalam…” jawab kamipun berbarengan. Dasar aneh. Pikirku.
“Kenapa Ndut..?”
“Emmb…Ndut, salahku apa sih sama Wulan?” tanya Evan.
“Loh, kenapa kamu tanya gitu ndut..? Emangnya ada apa kamu dengan Wulan?
“Dia selalu bohongin aku Ndut, aku capek..”
“Coba Ndut crita dari awal..Wulan boongin Ndut apa?”
“Perasaanku gag enak Ndut hingga aku tiba-tiba pengen buka facebooknya dia, dan setelah aku buka ternyata dia..” Evanpun menceritakan bagaimana dia telah dibohongi oleh kekasihnya. Ceritanya nggak jauh beda denganku. Aku gag habis fikir, kenapa cowok sebaik Evan masih aja disakitin, padahal jarag baget ada cowok seperti Evan yang sangat setia.
Akupun berusaha menenangkan Evan yang terlihat begitu sedih saat itu. Namun Evan merasa udah gag sanggup lagi jalanin hubungan dengan kebohongan terus. Hingga akhirnya Evanpun memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Wulan.
“Ndut yakin??kalian udah lama jalanin hubungan ini Ndut..jangan mudah ambil keputusan..difikir dulu Ndut..” bujukku pada Evan.
“Gak Ndut, aku udah capek. Aku udah mikirin ini.” Jawab Evan mantap.
“Ndut gaga boleh sedih ya”
“Iya Ndut makasih ya..Ndut, nasib kita sama ya?sama-sama disakitin ama orang yag udah bener2 kita sayangin. Sekarang kita sama-sama jadi jomblo Ndut.”
“Hmm..iya ya Ndut, aneh. hehehe..”
***

Setelah kejadian itu aku semakin dekat dengan Evan. Tertawa bersama, main basket sama-sama, tanpa ada yang takut bakal marah karena cemburu, toh aku sama Evan udah jomblo, cuma sahabat juga. Persahabatan kami semakin kental hingga pernah suatu ketika temanku mengira kalo aku sama Evan pacaran..
“Hahaha..Evan tuh sahabatku, ya gag mungkin lah aku pacaran sama sahabatku sendiri.” bantahku.
“Eh, ati2 kemakan ma ucapan kamu lo Al, nanti malah kayak lagunya Zigas tuh, Sahabat jadi Cinta..hehe,” ledeknya.
Akupun terdiam, dalam piriranku dulu memang sempat punya sedikit perasaan pada Evan, disamping dia tim basket sekolah seperti yang aku idamkan, dia juga gag jelek-jelek amat, dia manis dan bertubuh tinggi. Namun segera aku buang jauh pikiran itu setelah aku sadar Evan adalah sahabatku, sahabat terbaikku. Aku gag mau persahabatanku dengan Evan hncur gara-gara aku menyayanginya lebih dari sekedar sahabat.

***

Suatu pagi di sekolah ada pertandingan basket, dan Evan memintaku untuk melihatnya tanding.
“Ndut, harus liat aku tanding ntar ya..” pintanya.
“Pasti Ndut..tapi, siapa aja nih yang udah kamu undang buat liat kamu tanding?”
“Gag ada yang aku undang, gag penting semuanya kecuali Ndut.” kata Evan tiba-biba.
“Loh, kok gitu. Kayak aku undangan special ajah Ndut2..” candaku memnyembunyikan rona merah di wajahku kaena GR atas ucapan Evan yag entah becanda atau tidak.
“Iya emang tamu special kok, pokoknya kalo pas pertandingan dimulai aku belum liat Ndut di lapangan basket, aku gag mau main. Biarin tim sekolah kita kalah.” kata Evan serius.
“Hahahaha…iya2 Ndut..aku pasti datang kok.” jawabku senang.

Tanpa aku tau ternyata Evan juga mempunyai perasaan yang sama denganku. Dia mulai bersikap aneh seolah ingin meyakinkan aku kalau dia mencintai aku. Hingga suatu malam saat aku belajar sambil mandengarkan sebuah channel radio, sebuah lagu dari Smash yang berjudul Ada Cinta diputar. Dan ponselku berbunyi, pesan dari Evan.

Dengerin radio, aku request lagu buat Ndut
Aku membalasnya, Lagu apa?
Smash, Ada Cinta.

Deg!! Seketika hatiku berdetak kencang. ‘Mungkikah dia benar suka denganku??aku hanya sahabatnya..’ batinku seolah tak percaya.

***

Suatu siang di musih hujan, ketika aku masih berada di dalam kelas tiba-tiba langit mendung. Akupun berharap hujan segera turun, karena sejakkecil aku suka saat-saat hujan. Memandang langit yang menjatuhkan hujan, melihat jalanan dan dedaunan yang basah karena hujan. Dan teringat mimpiku saat aku masih berumur sekitar 12 tahun, aku pernah bermimpi ada seorang cowok yang menyatakan cintanya padaku di tengah-tengah hujan.
 ‘Mimpi seorang Alya kecil yang konyol’ gumamku dalam hati.

Sesaat kemudian hujanpun turun dengan derasnya memecah lamunanku bersamaan dengan dering bel yang berbunyi menandakan jam pulang sekolah. Setelah guruku keluar dari kelas, aku segera berlari keluar kelas yang kebetulan kelasku berada di lantai 2 gedung sekolah. Aku segera menengadahkan tangan menikmati hujan yang dengan semakin derasnya turun seolah menyambutku. Aku memejamkan mata dan menikmati kebersamaanku dengan hujan.

Tanpa sepengetahuanku ternyata seseorang dari lantai bawah memperhatikanku. Setelah beberapa saat aku sadar akan perhatiannya padaku, aku segera berlari masuk ke dalam kelas karena merasa malu. Tanpa aku tau siapa cowok yang melihatku melakukan hal aneh bermain dengan hujan.

***

Setelah beberapa bulan aku kembali dekat dengan Evan sahabatku, dan aku yang diam-diam memendam perasaaan yang dalam padanya, aku takut kehilangan Evan. Pada suatu malam aku bermimpi aku sedang bermain di  padang rumput yang sangat indah bersama dengan seorang cowok, dan ternyata cowok itu adalah Evan. Dalam mimpiku, aku dan Evan bagaikan sepasang kekasih, kami sangat bahagian dan Evanpun mencium keningku.
“Alya…bangun, sudah pagi!” teriak ibu membangunkanku.
Aku terkejut, ada rasa kecewa karena telah terbangun dari mimpiku yang aneh dan indah tersebut. ‘Akankah jadi kenyataan?’ tanyaku dalam hati sambil tersenyum sendiri.
“Ya ibu..Alya bangun.” jawabku.
Aku segera mandi dan tidak sabar untuk menceritakan mimpiku itu pada Evan.

Sesampainya aku di sekolah, langsung aku mengeluarkan poselku dan menghubungi Evan.
Ndut, semalem aku mimpiin kamu

Oia??gimana2?kok bisa.. balasannya. Dan akupun menceritakan mimpiku itu pada Evan.

Waauu…indah bgt mimpinya, andaika jadi kenyataan ya Ndut, aku pasti bakal seneng banget respon Evan menanggapi mimpiku.

***

Malam hari seperti biasanya jadwalku untuk telfon Evan sebelum tidur. Namun aneh Evan tidak menanggapi telfonku, aku mengirimnya pesan juga gag di balasnya. Perasaankupun menjadi bingung tak karuan. ‘Ada apa dengan Evan Ya Allah…semoga dia baik-baik aja.’ Kataku dalam hati sambil meneteskan air mata.
Tidak lama kemudian…
Evan calling
Aku segera mengangat telfon Evan, “ Halo Gendut??kamu kenapa Ndut??kok telfon ma smsku gak kamu tanggepin sih?” pertanyaanku menyambut Evan.
“Emmb…iya ndut ma’af…aku tadi lagi mikirin sesuatu Ndut.” kata Evan.
“Mikirin apa?”
“Aku suka sama cewek Ndut, udah lama banget, tapi aku takut ungkapin perasaanku ini ke dia. Aku takut ditolak Ndut ma dia.”
Seketika jantungku terasa berhenti mendengar ucapan Evan, ‘Evan suka cewek??siapa??’
“Wah, siapa Ndut ceweknya?kok kamu gag pernah crita aku sih kalo kamu lagi deket ma cewek. Mau main rahasia-rahasiaan ni sekarang ma aku…hehe, ayo ngaku, siapa?” aku berusaha bercanda untuk menutupi kesedihan dan air mata yang begitu saja keluar.
“Aku takut Ndut ditolak..soalnya aku tau dia masih trauma pacaran,”
“Ndut jangan gitu..Ndut coba aja dulu..belum dicoba kok mau ngalah. Inget ya Ndut..kalo Ndut Emang bener-bener cinta ama dia, Ndut kejar cintanya dia. Ndut gag boleh nyerah.” Kataku sambil terus menahan sakit. Rasa cemburu yang sangat aku rasakan saat ini. Aku gak mau kehilagan Evan.
“Gitu ya Ndut?” tanya Evan.
“Iya…emang siapa sih Ndut?dari tadi aku tanya kok gag dijawab sih!” tanyaku kesal.
“Ndut, kamu nangis ya?” pertanyaan Evan langsung membutaku kaget.
“Emm…enggak kok Ndut, ngapain nangis.”
“Udahlah Ndut gak usah bohong…kenapa nangis??”
“Aku…aku takut kehilangan Ndut setelah Ndut punya cewek. Aku takut Ndut lupa ma aku.” Kataku sambil tersedu-sedu.
“Ndut..jangan bilang gitu ya, aku gak akan tinggalin Ndut, aku gak akan lupain Ndutku..” katanya menenangkanku.
“Tapi kan…” belum selesai aku bicara, tiba-tiba…
“Bismillahirrohmanirrohim…Ndut, sebenernya cewek yang aku maksut itu…Ndut. Aku sayang sama Ndut, aku cinta sama Ndut. Entah Ndut mau percaya apa gak, tapi itu yang aku rasain dan aku udah gak bisa nyimpen perasaan ini lebih lama Ndut.” kata Evan yang membuatku tak percaya dan kaget.
Tapi aku gak percaya Evan, Evan suka becanda denganku.
“Ndut, apa-apaan sih??gag lucu becanda kamu!” kataku pada Evan.
“Aku gak becanda Ndut..kali ini aku serius.”
“Gak, kamu becandain aku terus sukanya, oke-oke aku juga bisa jailin kamu Ndut. Gini deh, kalo kamu gak becanda, coba kalo berani jangan bilang lewat telfon.” Tantangku.
“Oke, aku bakal buktiin sama Ndut kalo aku beneran serius!” jawab Evan mantap.

***

Pagi harinya aku berangkat ke sekolah seperti biasa, semalaman aku gak bisa tidur memikirkan kata-kata Evan. Bingung antara Evan yang becanda atau serius. Setelah jam pelajaran terakhir, langit tiba-tiba mulai mendung, seperti biasa akupun berharap segera turun hujan. Akhirnya hujan yang aku tunggupun turun.
“Hore hujan..!!!” teriakku spontan membuat semua mata di kelas memangdang ke arahku. Aku segera diam dan pura-pura tidak terjadi apa-apa karena malunya.

Jam pelajaranpun usai. Seperti biasa aku segera berlari keluar kelas dan menikmati segarnya hujan. Tidak berapa lama tiba-tiba aku melihat Evan yang berjalan menuju tengah lapangan. Hujan deraspun mengguyur badannya yag sangat sentifir dengan air hujan.
‘Evan ngapain hujan-hujan di sekolah?’ pikirku yang melihat tinggah aneh Evan. Aku terus memperhatikan Evan yang berdiri di tengah lapangan, lalu Evan memandang ke arahku. Tanpa komando Evan tiba-tiba mengungkapkan perasaannya padaku.
“Ndut, aku cinta Ndut. Ndut mau nerima cintaku?” kata Evan di tengah-tengah derasnya hujan.
Aku terkejut melihat hal itu, jadi Evan beneran lakuin dan buktiin ucapannya??Evan serius. Sejenak aku teringat aka mimpi Alya kecil tentang seorang cowok yang mengungkapkan cintanya pada Alya di tengah guyuran hajan. ‘Mimpi itu jadi kenyataan..’ pikirku.
Terlihat Evan yang kedinginan tetap berdiri di tengah lapangan sambil menunggu jawaban yang aku berika padanya. Akupun menjawab pertanyaan Evan dengan anggukan kepala dan berkata, “Aku juga cinta Ndut,  aku sayang Ndut.”

Allah….
Nyatakah ini..Evan sahabatku, orang yang aku sayangi da cintai ternyata sekarang menjadi kekasihku. Evan yang sempat aku kagumi karena kesetiaannya pada kekasihnya sekarang menjadi kekasihku. Mimpi seorang Alya kecil yang menjadi kenyataan dan orang yang mewujudkannya adalah Evan. Semoga Evan menjadi yang terakhir untukku ya Robb. Semoga cintaku dan Evan selalu berada dalam naungan dan ridho_Mu.
Amin.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates